Selasa, 26 Juli 2011

sebelum keberangkatanku ke tempat tugas, di sebuah kamar luas bertuliskan daarul ijabah. salah seorang kawanku yang masih duduk di bangku kuliah fakultas tarbiyah semester akhir melontarkan sebuah pertanyaan yang menggelitik untuk dibahas. kawanku bertanya " menurut mba, apa faktor yang menyebabkan kwalitas guru rendah?".
adakah yang mau berkomentar atau sekedar menyam[paikan pendapat tentang pertanyaan tadi?

sebelum keberangkatanku ke tempat tugas, di sebuah kamar luas bertuliskan daarul ijabah. salah seorang kawanku yang masih duduk di bangku kuliah fakultas tarbiyah semester akhir melontarkan sebuah pertanyaan yang menggelitik untuk dibahas. kawanku bertanya " menurut mba, apa faktor yang menyebabkan kwalitas guru rendah?".
adakah yang mau berkomentar atau sekedar menyam[paikan pendapat tentang pertanyaan tadi?

Jumat, 15 Oktober 2010

menghadapi anak-anak bukanlah hal baru bagiku sekarang ini. namun karakter yang berbeda dari setiap anak membuatku kewalahan menghadapi mereka. apalagi menghadapi anak orang yang memiliki latar belakang keluarga berbeda-beda. dan pastinya cara menghadapinya pun harus berbeda pula.

permasalahan muncul ketika si anak memiliki karakter yang terbilang kurang umum dari anak-anak lainnya. memanglah tugas guru untuk mendidiknya menjadi manusia seutuhnya. namun itu semua harus didukung oleh keluarga. jika pendidikan keluarga tidak bisa sejalan dengan pendidikan yang coba diterapkan guru di sekolah, alamat proses pendidikan tidak berjalan dengan baik. apa lagi ditambah problema keluarga yang sangat mempengaruhi karakter anak.

setiap tahun pembelajaran, selalu saja saya menemukan anak-anak yang memiliki karakter khusus dan perlu penanganan khusus. nah tahun ini, saya sepertinya benar-benar sedang diuji. di tahun ini saya diberikan amanat beberapa anak yang memiliki karakter khusus yang perlu bimbingan khusus. entah ini ujian ataukah peluang bagi saya untuk lebih kreatif menulis

supaya lebih memahami, saya ingin memaparkan satu per satu karakter anak-anak saya yang perlu bimbingnan khusus itu.

1. putri nama panggilannya. setiap hari pekerjaannya adalah menangis dan membuat anak orang nangis. hmmm... lucu juga seh. tapi bagi saya menjengkelkan!
selain itu, dia juga suka sekali dengan yang namanya lari2an, menjilati tembok, pukul2 kepala di tembok, manggil2 mamahnya untuk membantu mengerjakan tugas, dan yang paling menjengkelkan sekali kalau sudah ambil batu atau lempar-lempar benda keras ke semua orang. bahkan terkadang benda-bena di sekolah pun smapai rusak karenanya. berbagai pengalaman menghadapi anak coba ku praktekkan juga untuk menghadapinya. tak luypa pula membaca berbagai referensi dan bertanya jawab dengan kawan-kawan dari pendidik dan juga psikolog

Senin, 23 Agustus 2010

Bocah Berbaju Muslim Lusuh

Bocah Berbaju Muslim Lusuh
By: OQ EDU
Cuaca panas kota Cirebon turut menyumbangkan daftar perasaan di tubuhku pada hari ke 23 di bulan puasa ini. Haus, panas, dan 4L ( letih, lesu, loyo, lunglai ) semua bersarang di tubuh yang sedari pagi tak henti beraktifitas. Tugas mengajar madrasah di sore hari mengharuskanku untuk menyembunyikan semua rasa itu. Apalagi jika mengingat semangat anak-anak terminal itu mengaji. Sepertinya akupun harus lebih semangat dari mereka.
Dengan baju mengaji satu-satunya, yang sudah tak utuh lagi bentuknya, dan sangat dekil hasil pemberian tetangga, Sumarni tetap bersemangat menuntut ilmu agama. Wajah polosnya tetap menggambarkan keceriaan. Baju lusuh sudah tidak ia perdulikan yang penting bisa ngaji dan bergaul dengan teman-teman. Tidak perduli dengan beberapa teman yang berusaha menjauhinya karena tidak mau kena tempel baju Sumarni. Meski sering dinasehati, namun tetap saja mereka enggan bergaul dengan Sumarni.
Sampai di madrasah kecil yang kian hari semakin sepi itu, sosok Sumarni dengan baju lusuhnya datang menghampiriku yang terlihat kelelahan menenteng plastik berisi beberapa barang.
“ Bu, berat ya? Sini bu aku bantu?” sumarni mengulurkan tangan mungilnya menawarkan bantuan untuk membawakan kresek kuning yang sedang ku bawa.
Aku perbolehkan Sumarni membawa kresek itu karena memang sudah capek sekali. Dengan senang hati wajah riangnya menyambut gembira keputusanku. Rasa penasaran sumarni terucap melalui bibir mungilnya.
“ Ini… berat sekali isinya kira-kira apa ya bu?” sumarni terus menggerak-gerakkan mata dan kepala memperhaitkan kresek yang dibawanya dengan serius
“ Itu isinya baju…”
“ Oh.. pasti buat lebaran ya bu? “
“ Iya.. itu baju untuk ponakan-ponakan ibu, mereka ada yang sebesar kamu lo..”
“ Wahh… pasti mereka seneng banget deh dapet baju ini..”
“ Oh ya?”
“ Iya bu.. soalnya aku setiap hari juga selalu berdo’a agar bang Jepri bisa beliin aku baju baru biar aku lebaran tahun ini bisa pake baju bagus bu…”
“ Oh ya? Kamu juga suatu saat bisa mempunyai baju-baju baru seperti itu.. Semoga Allah kasih rejeki lebih buat bang Jepri ya… “
“ Makasih bu… “ sumarni segera menyimpan barang bawaannya di dekat mejaku sambil segera menempati tempat duduknya yang semakin luas karena tinggal beberapa anak yang masih mau mengaji. Sedangkan yang lainnya ana-anak orang kaya di sini sudah jarang mengaji lagi karena harus mengikuti bimbel.
***
Jarum Jam di dinding kelas sudah menunjukkan pukul lima sore. Waktunya anak-anak pulang dan aku harus segera bergegas menuju tempat les. Tak sabar menunggu angkot yang langsung menuju tempat les, membuatku memutuskan mengambil jalur alternative dengan dua kali angkot. Tempat yang paling ku suka dari angkot adalah di bagian depan supaya bisa ngobrol banyak dengan sopir. Namun rupanya kali ini kurang beruntung hingga aku harus duduk di belakang. Di pojok sepertinya nyaman untuk merebahkan tubuh yang lelah ini. Ku simpan kresek kuning itu di bagian paling pojok angkot.
Angkot kedua sudah nongol di belakang, pertanda harus siap-siap ambil ongkos dan segera turun.
“ kiri-kiri bang…” segera ku serahkan uang ongkos dan berharap bisa segera menyetop angkot kedua
Lambaian tanganku terlambat, karena angkot kedua sudah keburu berlalu beriringan dengan angkot pertama.
“ huffft…! Telat! Mang beca ke English Center ya…” Tidak ingin memperpanjang waktu terlambat, langsung saja ku ambil jurus cepat dengan naik salah satu beca yang berjejer di tempat menungu angkot kedua.
“ Baik neng… ” dengan rona bahagia abang tukang beca langsung mempersilahkanku naik lalu mengayuh beca berkecepatan 0,5 x kecepatan angkot.
Seperti biasa sepanjang perjalanan, aku paling suka mengobrol dengan para pengendara kendaraan yang ku tumpangi. Tak terkecuali dengan tukang beca ini. Begitu banyak cerita yang ku dapatkan tentang keluarga si abang beca. Berbagai keluhan mengenai biaya hidup yang tak sebanding dengan penghasilan berusaha diungkapkannya. Bahkan anak-anaknya pun hingga satu minggu menjelang lebaran belum sempat membeli baju lebaran. Si abang terkadang harus berbuka puasa di jalan biar dapur tetap ngebul katanya.
Mendengar cerita abang beca membuatku terharu dan teringat akan baju yang hendak diberikan pada ponakan-ponakanku. Mereka sebenarnya sudah memiliki banyak baju buat lebaran. Tapi aku masih saja membelikan baju. Padahal ada orang lain yang lebih membutuhkan baju dari pada ponakan-ponakanku.
Sambil membayar ongkos dan dalam ketergesa-gesaanku menuju gedung les, teringat satu hal yang tidak lagi ku pegang.
Plastic kuning itu…..
***
Sepanjang perjalanan pulang seusai sholat maghrib, perasaan kehilangan mengajakku untuk bisa menemukan kembali angkot pertama dan plastik kuning itu. Namun sepertinya sia-sia saja pencarianku. Berbagai usaha sudah dilakukan. Mulai dari menanyakan pada sopir angkot yang satu jurusan dengan angkot pertama sambil menitipkan pesan pada mereka jika ada yang menemukan plastik kuning itu hingga meminta bantuan pada teman-teman yang kebetulan berjualan di dekat lokasi pangkalan angkot.
Bang Haris si tukang stempel pinggir jalan yang memang kebetulan punya banyak teman dari sopir angkot, membuatku lebih banyak harapan untuk segera menemukan plastik kuning.
“ Tenang vit, aku akan bantu ko’. Kamu masih ingat angkotnya?” dengan nada maju tak gentar pantang mundur, bang Haris berusaha meyakinkanku akan bantuannya. Dia memang pendiam, tapi paling semangat kalau ku minta bantuan.
“ Ya aku sih ga berharap lebih bang, itu sih kalau ketemu. Kalau gak ya.. mungkin rejekiku begini. Yang aku ingat sih sopirnya tinggi, kerempeng, item beranting dan mobilnya sudah tida bagus lagi.” Berusaha aku menjelaskan pada bang Haris sedikit mengenai ciri-ciri sopir angkot yang kebetulan selama perjalanan terus ku perhatikan Karena anting di telinganya.
“ Ya sudah, nanti kalau ada kabar, abang sms kamu oke!”
“ Oke! Aku mudik dulu ya bang… ”
***
Dua hari menjelang lebaran, keluarga besarku dari berbagai kota sudah berkumpul. Mereka banyak membawakan buah tangan dari daerah masing-masing. Acara bagi-bagi pakaian lebaran sudah menjadi tradisi dalam keluarga. Tak perduli dengan jumlah pakain lebaran yang sudah dimiliki. Aku bingung sendiri karena tidak ada yang bisa dibagikan pada ponakan-ponakanku kecuali angpau yang sudah dipersiapkan untuk hari lebaran nanti. Karena kabar gembira dari bang Haris belum juga muncul. Hingga ku putuskan untuk merelakan pakain-pakaian itu.
Kelelahan bercengkerama dengan keluarga membuat tubuh dan mataku mengusulkan diri untuk segera istirahatkan. Namun dering telephon membuatku membuka kembali mata ini. Sebuah pesan menggembirakan dari mas Haris terpampang di layar HP. Langsung saja ku bergegas menuju perumnas Rajawali.
Suasana H -2 menjelang lebaran membuat jalanan di jalur pantura macet total oleh para pemudik yang kebanyakan mengendarai sepeda motor. Perjalanan yang biasanya bisa ditempuh dengan Satu jam, namun sekarang dua jam setengah baru bisa nyampe. Semangat untuk menemukan plastik kuning membuat perjalanan ynag melelahkan tk lagi ku hiraukan. Tak perlu mampir ke kosan, langsung saja aku ke tempat tongkrongan bang Haris.
Angkot yang ku tumpangi berhenti tepat di dekat warung makan dekat gerobak stempel bang Haris. Pemandangan di sana sungguh aneh tapi nyata. Bagian atas warung ditutup, tapi banyak kaki berjejer di bawahnya. Terlihat pula bibir bang Haris kinclong. Padahal jam di HP butut ku menunjukkan pukul 16:45 dan lebaran masih dua hari lagi.
Bang Haris terlihat malu berbicara panjang lebar denganku sambil mengelap bibir. Hingga diputuskannya untuk langsung ke rumah sopir angkot yang kebetulan menemukan plastik kuning itu.
Di perkampungan kumuh yang dikelilingi gunung sampah, jari telunjuk bang Haris mengarah pada gubuk kecil diantara deretan gubuk-gubuk kecil lainnya. Sebuah rumah yang lebih mirip gubuk dengan jendela berlapis plastik bening bekas, beratap seng karatan, dan pintu ditutup gabungan dus. Seorang anak kecil dengan baju muslim lusuh tampak memasuki rumah itu. Rasa penasaran pada sosok berbaju muslim lusuh, menjadikan langkah ini semakin dipercepat mendekati rumah itu. Mencoba mengetuk pintu, namun sepertinya penghuni rumah tak mendengar ketukanku. Hingga akhirnya ku putuskan untuk duduk di bangku kayu depan rumah yang terlihat masih baru sambil menunggu pintu terbuka.
Samar-samar terdengar suara yang tak asing lagi sedang beradu pendapat dengan orang yang lebih dewasa.
“ Bang… sekarang kan orangnya belum mengambil juga, berarti boleh dong baju ini ku pake buat lebaran nanti?”
“ Jangan de’, kasihan orang yang kehilangan barang-barang ini. Mungkin ia sekarang juga sedang membutuhkan baju ini seperti kamu…”
“ Iya sih bang, tapi mungkin saja barang-barang ini, Allah kirim buat aku bang… kan aku sudah berdo’a setiap hari agar bisa punya baju baru”
“ Iya, tapi kan hari ini katanya orang yang punya baju-baju ini mau ke sini.”
“ Tapi buktinya sampe sore gini ga dateng juga kan?”
“ Waktu mengaji kemarin, bu guru ngajiku pernah bilang, kalo aku bakal bisa memiliki baju-baju baru seperti yang buguru beli buat ponakan-ponakannya itu. mungkin saja ini memang benar rejeki yang Allah kasih buat Sum karena sudah berdo’a setiap hari… yah bang…”
Rengekan bocah itu masih terus terdengar hingga langkah kaki ini menjauhi rumah bocah berbaju muslim lusuh itu.
Rajawali, 22-23 Juli 2010

Selasa, 11 Mei 2010

Tips Belajar

Ada beberapa hal yang menjadikan Belajar lebih efektif dan materi yang dipelajari mudah diserap. diantaranya yaitu:

1. Menyukai mata pelajaran yang dipelajari
2. Menyukai gurunya
3. Suasana sekolah termasuk teman-teman yang menyenangkan
4. Merasa butuh dengan ilmu yang dipelajarinya
5. Menguasai materi yang dipelajari
6. Belajar dengan suasana yang tenang
7. Mengenali gaya belajar sendiri
8. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya. karena setiap individu mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
Kisah Jenaka Syarat Makna

Kita Tak AKan Pernah Mampu Memberikan Kepuasan pada Orang Lain

Ini berkiah tentang salah seorang bocah yang bernama Nasiruddin. Dikisahkan bahwa pada masa kecilnya Nasirudin sering diajak bepergian oleh ayahnya. suatu waktu nasirudin diajak jalan-jalan ke kota. Kala itu Nasiruddin nangkring di atas keledai muda, sementara sang ayah berjalan di sampingnya sambil memegang tali kekangnya. Tak lama berjalan, anak bapak itu bertemu dengan sekelompok orang yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Melihat Nairuddin dan ayahnya, mereka berkata: " Dasar anak tak tau sopan, masa dia enak-enakan nangkring di atas pelana sementara sang ayah disuruh hberjalan mengiringinya."
Mendengar sindiran tersebut, Nasiruddin merasa tidak enak hati, lalu buru-buru turun mempersilahkan sang ayah ganti naik keledai tunggangannya. Tak lama berjalan, mereka kembali bertemu dengan beberapa orang yang sedang menjemur gandum di halaman. Melihat nairuddin dan ayahnya, orang-orang itu lantas mencibirnya, "Dasar lelaki tua yang tidak punya kasihan, masa ia enak-enakan nunggang keledainya sedangkan anak kecil dibiarkan berjalan kaki kepayahan di sampingnya."
Mendengar cibiran itu, sang ayah buru-buru turun dari penggung keledainya sehingga bapak anak tersebut akhirnya sama-sama jalan kaki menuntun keledai di sampingnya. Namun tak lama berjalan, kembali mereka berpapasan dengan rombongan orang-orang berkuda. MEreka berkata dengan mencela, " Dasar anak-bapak sama-sama bodoh. Punya keledai tak dimanfaatkan jadi alat tunggangan, tapi malah pilih jalan kepayahan."
Mendengar celaan mereka, Nasiruddin dan ayahnya segera naik bersama, menunggangi keledai berdua. Tak lama berjalan, mereka jumpa lagi dengan serombongan orang di pedesaan. Lagi-lagi mereka memberi penilaian, " Dasar anak-bapak sam-sama tidak punya belas kasihan, tak punya kasih sayang terhadap hewan. Lihat itu, keledainya kepayahan akibat ditunggangi berdua."
Mendengar cemoohan semacam itu, anak-bapak segera turun dari keledai tunggangan, lantas memikul keledai yang kelelahan itu. Kembali mereka berdua melewati sekumpulan orang yang kali ini sudah di pinggir perkotaan. Mereka menunjuk-nunjuk Nasiruddin dan bapaknya. Sambil tertawa mereka berkata:"Dasar orng gila, punya keledai tak dijadikan tunggangan, malah dipikul berdua sampai ngos-ngosan."
Akhirnya Nasiruddin dan ayahnya berhenti berjalan, sambil mengelap keringat akibat kelelahan. Setelah ejenak menarik nafas lalu dihembuskannya, sang ayah berkata pada Nasiruddin Hoja:"Ananda, demikianlah manusia, kau tak akan pernah mampu memuaskan mereka.

sumber: Buku 9 Jalan Untuk Cerdas Emosi dan Cerdas Emosional Karya M. Wahyuni Nafis

Minggu, 25 April 2010

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Oleh Karena itu, sebagai pembuka blog ini, terlebih dahulu saya akan memperkenalkan diri pada anda sekalian.
Saya adalah seorang guru SD di wilayah Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Bagi saya dunia pendidikan itu mengasyikkan, unik, dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Terkadang rasa lelah dan sakit, tidak begitu terasa ketika saya bertemu dan berinteraki dengan anak-anak didik saya.
Dalam blog ini, saya ingin berbagi (sharing) pengetahuan dan pengalaman di bidang pendidikan pada umumnya dengan para pembaca. Adapun tujuannya adalah untuk menambah wawasan bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya. Dalam dunia pendidikan, saya masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan para senior dan kawan-kawan saya yang lainnya. Oleh karena itu tulisan-tulisan saya ini, tentulah masih banyak kekurangan-kekurangan. Berdasarkan tujuan yang telah saya paparkan di atas, saya mengharapkan koreksi dari semua pihak yang membaca tulisan-tulisan saya ini demi kemajuan pendidikan