Selasa, 11 Mei 2010

Kisah Jenaka Syarat Makna

Kita Tak AKan Pernah Mampu Memberikan Kepuasan pada Orang Lain

Ini berkiah tentang salah seorang bocah yang bernama Nasiruddin. Dikisahkan bahwa pada masa kecilnya Nasirudin sering diajak bepergian oleh ayahnya. suatu waktu nasirudin diajak jalan-jalan ke kota. Kala itu Nasiruddin nangkring di atas keledai muda, sementara sang ayah berjalan di sampingnya sambil memegang tali kekangnya. Tak lama berjalan, anak bapak itu bertemu dengan sekelompok orang yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Melihat Nairuddin dan ayahnya, mereka berkata: " Dasar anak tak tau sopan, masa dia enak-enakan nangkring di atas pelana sementara sang ayah disuruh hberjalan mengiringinya."
Mendengar sindiran tersebut, Nasiruddin merasa tidak enak hati, lalu buru-buru turun mempersilahkan sang ayah ganti naik keledai tunggangannya. Tak lama berjalan, mereka kembali bertemu dengan beberapa orang yang sedang menjemur gandum di halaman. Melihat nairuddin dan ayahnya, orang-orang itu lantas mencibirnya, "Dasar lelaki tua yang tidak punya kasihan, masa ia enak-enakan nunggang keledainya sedangkan anak kecil dibiarkan berjalan kaki kepayahan di sampingnya."
Mendengar cibiran itu, sang ayah buru-buru turun dari penggung keledainya sehingga bapak anak tersebut akhirnya sama-sama jalan kaki menuntun keledai di sampingnya. Namun tak lama berjalan, kembali mereka berpapasan dengan rombongan orang-orang berkuda. MEreka berkata dengan mencela, " Dasar anak-bapak sama-sama bodoh. Punya keledai tak dimanfaatkan jadi alat tunggangan, tapi malah pilih jalan kepayahan."
Mendengar celaan mereka, Nasiruddin dan ayahnya segera naik bersama, menunggangi keledai berdua. Tak lama berjalan, mereka jumpa lagi dengan serombongan orang di pedesaan. Lagi-lagi mereka memberi penilaian, " Dasar anak-bapak sam-sama tidak punya belas kasihan, tak punya kasih sayang terhadap hewan. Lihat itu, keledainya kepayahan akibat ditunggangi berdua."
Mendengar cemoohan semacam itu, anak-bapak segera turun dari keledai tunggangan, lantas memikul keledai yang kelelahan itu. Kembali mereka berdua melewati sekumpulan orang yang kali ini sudah di pinggir perkotaan. Mereka menunjuk-nunjuk Nasiruddin dan bapaknya. Sambil tertawa mereka berkata:"Dasar orng gila, punya keledai tak dijadikan tunggangan, malah dipikul berdua sampai ngos-ngosan."
Akhirnya Nasiruddin dan ayahnya berhenti berjalan, sambil mengelap keringat akibat kelelahan. Setelah ejenak menarik nafas lalu dihembuskannya, sang ayah berkata pada Nasiruddin Hoja:"Ananda, demikianlah manusia, kau tak akan pernah mampu memuaskan mereka.

sumber: Buku 9 Jalan Untuk Cerdas Emosi dan Cerdas Emosional Karya M. Wahyuni Nafis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar